KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
1.
Kepemimpinan
Dalam
suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan
mengarahkan orang denan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama
yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam
Ria (2009:11) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni
pemimpin, pengikut, dan situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini
memiliki pengaruh terhadap produktifitas dan kohefisitas kelompok (Bass dalam
Ria, 2009:11).
Keberhasilan
atau efektifitas kepemimpinan tidak sajalah diukur bagaimana memberdayakan
bawahannya tapi uga kemampuannya menjalankan atau melaksanakan kebijakan
perusahaan melalui cara atau gaya kepemimpinannya. Pola atau gaya kepemimpinan
sangat tergantung pada karakteristik individu pemimpin menghadapi bawahan
berdasarkan fungsinya sebagai atasan.
Tidak
ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut
bawahan, situasi lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin
yang berhasil dan efektif bila dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat
pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria perilaku kepemimpinan yang dapat
menentukan gaya kepemimpinan pengusaha adalah: (1) gaya kepemimpinan diktator,
(2) gaya kepemimpinan partisipasi, (3) gaya kepemimpinan delegasi, (4) gaya
kepemimpinan konsiderasi.
1.1 Diktator
Pada
kepemimpinan diktator atau otokratis, pemimpin membuat keputusan sendiri karena
kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang. Pemimpin tersebut memikul tanggung
jawab dan wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat, langsung dan tepat. Keputusan
dipaksakan dengan menggunakan imbalan dan kekhawatiran akan dihukum. Jika ada,
maka komunikasi bersifat turun kebawah. Bila wewenang dari pemimpin diktator
bisa menjadi otokrat kebapak-bapakan.
1.2 Partisipasi
Pola
kepemimpinan partisipasi adalah pola kepemimpinan dimana atasan memotivasi
bawahan untuk berperan serta dalam organisasi terutama dalam pengambilan keputusan
sehingga akan mendatangkan gairah bagi para bawahan. Pada kepemimpinan ini
pendelegasian wewenang sangat diutamakan, sedangkan komunikiasi berjalan baik untuk
mencari solusi dalam setiap permaslahan yang ada. Pada kepemimpinan partisipasi,
pemimpin cenderung memberikan perhatian kepada bawahan dan pekerjaan sehingga
komunikasi berjalan berbagai arah (situasional dan diagonal). Kepemimpinan partisipasi
ini tidak efektif bila bawahan tidak menunjang keberhasilan perusahaan karena bawahan
tidak matang. Davis (1997) dalam Dalimunthe (2002: 80) menyatakan partisipasi
adalah keterlibatan dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang
mendorong mereka untuk memberikan sumbangan pada tujuan kelompok dan ikut serta
bertanggungjawab.
1.3 Delegasi
Mendelegsaikan
adalah memberi tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan dan meminta pertanggungan jawab dari pelaksanaan pekerjaan. Seorang
pemimpin berhak mendelegasikan wewenang kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan, pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
penyelesaian pekerjaan. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang
pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya melakukan sedikit kontak dengan bawahan.
1.4 Konsiderasi
Konsiderasi
yang diberikan oleh pimpinan merupakan faktor yang penting dalam mencapai
tujuan organisasi. Sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan
memberikan perhatian pada bawahan, agar menghasilkan kerja yang optimal.
Konsiderasi yang diberikan merupakan motivasi kepada para bawahan untuk lebih
giat bekerja sehingga prestasi kerjanya akan lebih baik. Para bawahan yang satu
dengan yang lainnya memiliki perbedaan, perbedaan ini seringkali didasarkan
oleh tujuan dan kebutuhan masing-masing yang berbeda dari bawahan.
2.
Kewirausahaan
Kata
entrepreneurship yang dahulunya
sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan
dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur berasal
dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang
artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari kata:
Wira yaitu utama, gagah berani, luhur; Swa: sendiri; Sta: berdiri; dan Usaha:
kegiatan produktif. Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10) mendifinisikan “Kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatuyang baru pada nilai menggunakan waktu dan
upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial
yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan
kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan
dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri
dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan
pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar
dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf,
2006).
Kata
kunci dari kewirausahaan adalah:
1.
Pengambilan
resiko
2.
Menjalankan
usaha sendiri
3.
Memanfaatkan
peluang-peluang
4.
Menciptakan
usaha baru
5.
Pendekatan
yang inovatif
6.
Mandiri
3.
Kepemimpinan
dalam Kewirausahaan
Kepemimpinan
adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan
tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak
dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil
merupakan pemimpin memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin
dikatakan berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan,
efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari
perusahaan.
Para
wirausaha memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangkan gaya
kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam
memajukan perusahaannya.
Perilaku
Kepemimpinan
Perilaku
pemimpin menyangkut dua bidang utama:
1. Berorientasi
pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dana mencapai sasaran.
2. Berorientasi
pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.
Orientasi
Tugas Pemimpin
Seorang pemimpin cenderung
menunjukkan pola-pola perilaku berikut:
1. Merumuskan
secara jelas peranan sendiri maupun stafnya.
2. Menetapkan
tujuan yang sukar dapat dicapai, dan memberitahukan orang-orang apa yang
diharapkan dari merekan.
3. Menentukan
prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur pencapaian
tujuan itu, yakin tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
4. Melaksanakan
peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan membimbing
dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
5. Berminat
mencapai peningkatan produktifitas.
Pemimpin
yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam berhubungan
dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan
persaingan daripada kerjasama, serta tidak pernah mendelegasikan tugas dan
tanggung jawab.
Pemimpin
dan Manajer
Memimpin
tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun beberapa wirasahawan adalah
seorang pemimpin dan beberapa pemimpin adalah wirausahawan, memimpin dan
mengelola bukanlah merupakan aktifitas yang identik. Kepemimpinan adalah bagian
dari manajemen. Pengelolaan (manage) adalah bidang yang lebih luas dibandingkan
memimpin dan dipusatkan pada masalah perilaku maupun non perilaku. Kepemimpinan
terutama ditekabkan pada isu perilaku.
Sikap-sikap
Pemimpin yang Sukses dalam Berwirausaha
1. (Purposeful)
- MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS UNTUK DICAPAI: tujuan yang sesungguhnya
Memiliki
tujuan yang jelas berarti punya pendinian, memiliki fokus, memiliki keyakinan
akan keputusannya, memiliki kemampuan memutuskan, dan berdaya tahan, sesungguhnya
merupakan kualitas pencapaian yang sukses dan tuntutan tujuan apa pun. Tak
dapat dipungkiri, ini adalah salah satu kualitas manusia yang paling dicari
dalam kehidupan, namun banyak orang yang belum memilikinya. Seseorang yang
tidak memiliki tujuan dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal di tengah-tengah
kabut di lautan yang telah kehilangan kemudi dan layar sekaligus. Di saat
semuanya berjalan mulus, sering kali dilema muncul tanpa kita sadari, kecuali
mungkin kurangnya pemahaman akan arah yang jelas atau gerakan yang meyakinkan.
Saat cuaca berubah ia akan bereaksi dengan pengaruh dari luar. Namun kita tetap
dapat kehilangan arah tujuan kita seandainyapun layar dan kemudi tetap ada di
tempatnya. Kecuali jika Anda mcmiliki tujuan yang jelas dalam mengambil suatu
tindakan, Anda akan menuju arah yang salah.
2. (Responsible)
- TANGGUNG JAWAB: kehandalan yang sejati.
Pertanyaan-pertanyaan
yang harus kita jawab sendiri mengenai ‘akan menjadi seperti apa perusahaan
saya, jika semua orang seperti saya’ adalah sebagai berikut: Menanamkan
akuntabilitas yang sebenarnya dalam diri kita membutuhkan evaluasi yang
teratur. Kebiasaan memahami betapa kita harus bertanggung jawab terhadap apa
yang kita pikirkan dan lakukan menupakan hal bernilai untuk dibangun. Menanamkan
akuntabilitas yang sebenarnya pada din orang lain membutuhkan pujian dan
evaluasi kinerja yang teratur. Kebiasaan semacam ini akan mengembangkan
loyalitas yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih besar sebagaimana
tanggung jawab yang kita harapkan dan orang lain. Sebagian besar evaluasi
kinerja tradisional terlalu terpisah-pisah dan lebih berlandaskan pada
‘bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik’ danipada ‘seberapa
balk yang telah Anda lakukan.’ Evaluasi kinerja seharusnya mengikutsertakan
secara tepat apa yang ingin dicapai dan kata itu: baik mengevaluasi maupun juga
memuji.
3. (Integrity)
— INTEGRITAS: nilai yang sejati
Tidak
ada kualitas tunggal yang mendefinisikan para pemimpin, baik yang berpemikiran
wirausaha atau tidak. Namun kualitas yang tak dapat diabaikan adalah melakukan
sesuatu yang benar berdasarkan kesadaran akan kehormatan dan penghargaan pada
orang lain. Memahami apa yang benar untuk dilakukan dan secara nyata
mengerjakannya berarti memiliki integnitas. Filsuf Yunani Socrates percaya
bahwa untuk sungguh mengetahui apa yang benar tidak mungkin tanpa bertindak
selaras dengannya. Ketika dia telah dijatuhi hukuman mati oleh pemenintah untuk
apa yang dianggap sebagai pandangan yang sangat kontroversial, teman-temannya
memaksanya untuk melarikan diri dengan rencana yang telah mereka susun.
Socrates dengan tegas menolak saran mereka, dengan menjawab: ‘Sepanjang
hidupku, aku telah mengajarkan bahwa orang harus mematuhi hukum yang berlaku di
suatu tempat. Jika hukum itu salah maka kita harus memperbaikinya melalui
diskusi, dan walaupun saya menjadi korban ketidakadilan, saya tidak dapat
dengan tiba-tiba melawan apa yang menjadi kepencayaan saya hanya karena hidup
saya terancam. Pnionitas pertama manusia bukan hanya untuk hidup, namun untuk
memimpin suatu kebaikan dan menjalani kehidupan’ Dengan lebih memilih untuk
memberikan hidupnya dibandingkan hidup tanpa integnitas, dia membuat sebuah
contoh sangat besar mengenai melakukan apa yang Anda ajarkan.
4. (Nonconformity)
- KETIDAKCOCOKAN: kreativitas yang sesungguhnya
Pemimpin
wirausaha bukanlah seorang yang mudah cocok, kecuali dalam hal ketaatan mereka
terhadap nilai inti. Tak seorang pun mencapai sukses yang sesungguhnya untuk
menjadi diri sendiri dengan menjadi seorang yang mudah cocok (konformis). Namun
dalam bisnis, banyak orang berpegang teguh pada pola yang mereka percayai,
yaitu selubung mayoritas merupakan suatu prasyarat bagi persetujan dan
keberhasilan. Dengan cara ini bisnis menjadi mangsa mitos , mendasar—bahwa
mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas
tidaklah maha tahu semata-mata karena dia adalah mayoritas dan sullt untuk
memastikan kebenaran pendapat tersebut.
5. (Coureqeous)
– KEBERANIAN : kekuatan yang sejati
Ketika
Anda memiliki keberanian terhadap pendirian Anda dan keberanian untuk menjadi
diri Anda sendiri dan mengikuti jalan yang Anda percayai sebagai yang terbaik,
kekuatan Anda yang sejati berkembang secara alami. Di dalamnya, Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman ditinjau ulang dan diperhatikan, sementara
kategori Kelemahan lebih diutamakan daripada apa yang dianggap sebagai
kekuatan. Setiap laporan akan menekankan lebih pada yang pertama daripada yang
terakhir secara sungguh-sungguh, sekalipun salah pedoman, kepercayaan bahwa
sesuatu yang salah haruslah menjadi perhatian.
6. (Intuitive)
— INTUITIF : keputusan yang sesungguhnya
Suatu
keputusan yang nyata merupakan sesuatu yang sangat penting. Bukan apa yang
anda, Anda makan, ke mana Anda akan pergi atau bahkan, mobil apa yang akan Anda
beli. Keputusan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang mempengaruhi masa depan
dan keberhasilan Anda dan juga orag lain. Sedikit orang akan berpendapat bahwa
salah satu kemampuan yang terpenting dalam bisnis adalah untuk maju bersama
dengan yang lain. Saya percaya bahwa itu sama pentingnya dengan membuat
keputusan yang benar ‘Tentu saja demikian! dapat saya bayangkan Anda berkata
kepada diri Anda sendiri. Hidup ini akan menjadi sempurna yang kita harapkan
jika ini yang terjadi. Namun membuat keputusan yang sulit, apalagi selalu
membuat keputusan yang benar. Saya berpendapat, setiap dari kita dapat belajar
bagaimana untuk menjadi intuitif sampai pada titik saat kita harus membuat
sesuatu keputusan yang sangat penting, baik besar maupun kecil, dengan latihan
bertahap untuk menjadi yang terbaik.
7. (Patience)
— KESABARAN: hubungan yang sesungguhnya
Manusia
memiliki keunikan, dalam menempatkan batasan waktu bagi suatu hasil yang
diinginkannya dalam hidup, khususnya berkaitan dengan relasi. Tentu saja, mudah
bersikap sabar terhadap sesuatu yang ihasilnya sudah ten- tu, karena dalam
kepastian, hanya sedikit ruang untuk kecemasan. Terdapat hubungan langsung yang
berkaitan antara kesabaran dan kepastian, sebanyak antara ketidaksabaran dan
keraguan. Semakin Anda tidak sabar untuk sesuatu berjalan sesuai kehendak Anda,
semakin Anda bertanya-tanya apakah akan terjadi demikian. Kapanpun Anda
mempertanyakan suatu ide intuitif yang Anda percayai benar, pertanyaan Anda
menyebabkan meningkatnya keraguan sampai Anda berpikir bahwa ide itu tidak
tidak masuk akal dan kemudian mengabaikan atau mengulurnya hingga sesuai dengan
batasan rasional Anda. Sekalipun ide tersebut benar dalam rasio Anda,
terpengaruh oelh ketidaksabaran Anda untuk mencapai apa yang Anda inginkan,
akan tampak sebagai ide yang salah atau jalan yang terlalu lambat untuk apa
yang Anda inginkan. Bersikap sabar membutuhkan keyakinan.
8. (Listen)
— MENDENGARKAN: pasar yang sesungguhnya
Pemasaran
adalah istilah yang pada mulanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran
bagaimana keberhasilan suatu bisnis bergantung sepenuhnya pada sesuatu di luar
dirinya. Pemasaran mengajarkan, jika kita mendengarkan perekonomian,
masyarakat, dan konsumen, kita dapat menggunakan informasi tersebut untuk
menentukan strategi internal. Aneh,nya pemasaran sangat jarang digunakan untuk
hal ini. Bukan berarti ‘siapakah konsumen kita’ , pemasaran telah menjadi
sekadar alat pendukung penjualan dengan bertanya ‘bagaimana kita dapat menjual
lebih banyak yang kita inginkan. Dengan telah beralihnya kita dari budaya
menjual produk menjadi melayani konsumen, sekarang menjadi lebih penting untuk
mendengarkan pasar kita dan menentukan apa yang mereka inginkan dibanding masa-masa
sebelumnya.
9. (Enthusiasm)
– ANTUSIASME : komunikasi yang sesungguhnya
Manusia
dilahirkan dengan cara pandang yang optimis atau positif, namun pesimisme atau
pandangan-pandangan negatif sering kali memungkinkan untuk dikedepankan.
Pesimisme datang dan kekecewaan, dari suatu impresi buruk yang terbentuk karena
rintangan yang terjadi di masa lalu. Mungkin pesimisme menunjukkan
kehati-hatian dan pengalaman, namun yang baik adalah untuk berpikir hanya pada
kesulitan macam apa yang dapat terjadi di depan kita? Efek psikologis dan
optimisme adalah dia membantu pencapaian keberhasilan.
10. (Service)
— LAYANAN: tindakan yang sesungguhnya
Setiap
orang mengetahui betapa pentingnya layanan pelanggan. Setiap orang berpikir
bahwa mreka mengetahui layanan sebaik apa yang dibutuhkan. Walaupun begitu,
persepsi konsumenlah yang benar-benar harus diperhitungkan. Memahami persepsi
konsumen terhadap Anda, produk Anda, layanan Anda, dan bisnis Anda merupakan
kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dan keberhasilan dalam menumbuhkan
penjualan. Meskipun demikian, kecuali kita mampu menyesuaikan diri dengan
kebutuhan pelanggan, kita akan dapat memaksimalkan nilai yang kita bentuk dari
kesempatan memiliki konsumen. Mendapatkan masukan dari konsumen sama pentingnya
dengan menerima masukan tentang diri kita. Itu membantu kita mengevaluasi
tindakan nyata yang diperlukan.
Mengapa
Kepemimpinan Penting dalam Berwirausaha:
- Agar dalam pelaksanaan berwirausaha
dapat terorganisir dengan baik.
- Dalam berwirausaha dibutuhkan sosok
yang dapat memimpin dan bertanggung jawab dalam mengurus dan mengelola
suatu usaha.
- Pemimpin adalah jabatan tertinggi
yang memiliki tugas-tugas yang sangat penting dan vital dalam
kewirausahaan seperti pengambil keputusan, penanggung jawab tindakan yang
dilakukan oleh setiap bawahannya, memberikan wewenang, dan lain-lain.
- Bila dalam mengelola suatu usaha
tidak ada pemimpin, maka akan terjadi kekacauan dan kerancuan dalam
pembagian tugas-tugas yang mengakibatkan kebangkrutan.
- Pemimpin merupakan salah satu
syarat utama dalam berwirausaha
Dafta Pustaka
Ria
Agustina, 2009, Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kreativitas Karyawan:
Analisis Pengaruh Mediasi Pemikiran Kreatif dan Motivasi Intrinsik pada
Karyawan di Industri Media.
Timpe,
Dale, 2002, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia – Kepemimpinan, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta
Mantap
BalasHapusMakasih
Hapusverygood
BalasHapusMakasih
HapusTerima kasih bro
BalasHapusSama sama...semoga bermanfaat
HapusSangat mudah di pahami
BalasHapusSemoga bermanfaat
HapusUdah lama ni g bikin tulisan lg...apa ada saran untuk bikin materi tentang apa???
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin pemimpin, banyak loh orang yang nanya: Bisa ga ya generasi milenial itu jadi pemimpin yang berkualitas? Maklum, milenial kan sering banget tuh dicap negatif karena perilakunya yang dianggap malas, banyak nuntut, dan masih banyak lagi. Mau tau selengkapnya, yuk buruan cek di sini: Bisakah generasi milenial jadi pemimpin hebat?
BalasHapusMohon izin untuk menjadikan tulisan Anda sebagai referensi tugas saya.
BalasHapusTulisan Anda sangat bermanfaat dan mudah dipahami
Terimakasih